Pada prinsipnya, casting Al ada 2 macam berdasarkan cetakannya, yaitu sand casting dan die casting. Sand casting adalah sistem pengecoran Al dimana cetakannya terbuat dari pasir, sehingga sekali pakai. Sedangkan die casting adalah sistem pengecoran dimana cetakannya terbuat dari logam sehingga dapat digunakan berulang ulang. Beberapa metode die casting produk alumunium yang umum digunakan di industri pengecoran antara lain :
1. Gravity Casting
Teknik gravity casting merupakan teknik pengecoran yang paling tua. Metal cair dituangkan pada rongga cetakan yang terbuat dari pasir, besi cor, atau paduan baja tahan panas lainnya. Proses ini hanya memanfaatkan gaya gravitasi saja, tanpa mengaplikasikan gaya tekan mekanis.
Metal cair mengalir ke dalam cetakan dan membeku dengan cepat selama proses pengecoran berlangsung. Hasil pengecoran dengan sistem ini memiliki permukaan yang halus dan dimensi yang cukup akurat; selain juga memiliki sifat mekanis dan ketahanan tekan yang sangat baik. Tidak seperti pada cetakan pasir, cetakan baja dapat digunakan berkali-kali. Kelemahannya, proses pembuatan cetakannya cukup mahal.
2. Low Pressure Casting (LPC)
Pada teknik ini, cetakan baja ditempatkan di atas crucible / holding furnace kedap udara yang berisi metal cair. Metal dalam crucible kemudian diinjeksikan ke dalam cetakan melalui sebuah saluran (riser tube) dengan mengaplikasikan tekanan udara sebesar 0.3 – 1 bar. Proses ini merupakan kebalikan dari proses gravity casting, dimana arah gaya tekan berlawanan dengan gaya gravitasi, mendorong metal cair mengalir ke atas hingga semua cavity dalam mold terisi.
Teknik ini menghasilkan produk dengan kualitas permukaan yang tinggi, kepadatan dan keseragaman bentuk yang baik. Proses ini sangat sesuai untuk produk-produk simetris. Kelemahan dari teknik ini adalah prosesnya yang berjalan lebih lambat daripada teknik pengecoran lainnya.3. Centrifugal Casting
Struktur mold pada proses ini terdiri dari sebuah riser yang berada di tengahcetakan, sementara rongga cetaknya berada di bagian paling luar dari mold, mengelilingi riser. Rongga cetak pada mold tidak hanya satu buah, tetapi biasanya terdapat beberapa buah yang masing-masing terhubung ke riser melalui suatu saluran yang disebut runner.
Metal cair dituangkan ke bagian riser, kemudian seluruh bagian mold diputar dengan cepat sehingga metal cair di riser tertekan ke dalam rongga cetak. Pada setiap kali penuangan, produk yang dihasilkan lebih dari satu buah. Proses ini hanya cocok untuk produk-produk berukuran kecil dan banyak.
4. Mold Casting
Pada proses mold casting, metal cair dimasukkan ke dalam sebuah silinderkemudian didorong dengan cepat oleh sebuah plunger dan ditekan beberapa saat hingga semua bagian metal dalam cavity membeku. Setelah proses pembekuan selesai, plunger bergerak mundur, mold terbuka, kemudian produk ditekan keluar oleh sebuah unit ejector. Proses ini memerlukan waktu shot yang cepat dan tekanan mekanis yang tinggi.
5. Pore Free Mold Casting
Merupakan pengembangan dari sistem mold casting biasa. Udara dalam cetakan digantikan oleh gas aktif seperti oksigen. Gas aktif ini akan bereaksi dengan uap alumunium yang terbentuk dalam molten selama proses injeksi berlangsung, membentuk oksida alumunium, yang kemudian terdispersi dan membeku dalam cavity. Akibatnya, tidak akan ada gas yang tertinggal di dalam produk. Biasanya gas yang tertinggal di dalam coran akan menghasilkan porositas.
6. Squeeze Casting
Squeeze casting lebih dikenal sebagai proses high pressure casting. Teknik ini merupakan kombinasi dari proses forging dan casting; molten metal dalam cetakan dibentuk dan membeku di bawah tekanan mekanis yang tinggi. Hasil proses ini memiliki sifat mekanis, permukaan, kepadatan, dan keakuratan dimensi yang sangat baik. Teknik squeeze casting merupakan teknik pengecoran alumunium yang paling efektif, terutama untuk produk-produk berukuran kecil dan memerlukan kecepatan produksi yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar