Mr. Ryuji Nishi mengungkapkannya dalam sebuah seminar mengenai potensi produk makanan dari Indonesia di pasar Jepang. Dalam presentasinya, konsultan ini memberi masukan tentang produk Gula Aren yang diminati tidak mengandung bahan kimia dan ditanam di lahan yang alami tanpa pupuk organik. Diperlukan kesungguhan mencari mitra di Jepang dengan pengusaha yang memproduksi kue-kue khas Jepang, produsen gula pasta atau pemilik kedai kopi.
Barang contoh beserta harga jual di toko swalayan juga diperlihatkan dalam seminar tersebut. Dalam contoh yang diperlihatkan, harga Palm Sugar JPY 735/200 gram; Maple Sugar JPY 1000-2000/1 kg; Brown Sugar JPY 240/0,5 kg; Crystal Sugar JPY 160/0,5 kg; Gula Pasta JPY 500/0,5 kg. Negara pesaing untuk produk ini adalah Thailand yang menguasai pasar 49%, Australia 39%, Afrika Selatan 12%, namun belum pernah mengimpor dari Indonesia.
Coba kita hitung angka di atas dengan nilai Rupiah kita.
1. Palm Sugar JPY 735/200 gram atau JPY 3.675/ 1 kg
2. Maple Sugar JPY 1000-2000/1 kg atau
3. Brown Sugar JPY 240/0,5 kg atau JPY 480 / 1 kg
4. Crystal Sugar JPY 160/0,5 kg atau JPY 320 / 1 kg
5. Gula Pasta JPY 500/0,5 kg atau JPY 1.000/ 1 kg
Palm Sugar atau gula Palem (Gula Aren, Gula Kelapa atau Gula Siwalan) nilainya lebih tinggi dari pada Gula Maple, Brown Sugar (Gula Merah dari Tebu), Gula Kristal (Gula Putih) dan Gula Pasta. Nilai 3.675 Yen Jepang jika dikonversi dengan mata uang rupiah sekitar Rp 257.250 per kg. (Jika 1 Yen Jepang senilai dengnan Rp 70). Ini nilai yang sangat fantastik.
Harga di pasaran Luar Negeri yang tinggi juga kami lihat pada produk-produk Gula Palem Indonesia yang kemas ulang oleh Big Tree Farm USA dan grupnya. Produk Gula Palem yang berasal dari olahan Gula Kelapa Indonesia ini diberi label organik dengan berbagai merek, antara lain seperti Sweet Tree dan Heritage Palm Sugars. Heritage Palm Sugar dengan kemasan 8.5 oz. Atau 240 gram dibandrol dengan harga $ 8.99. Atau kalau dihitung 1 kg nilainya sekitar $ 36 atau Rp 360.000 sekilogramnya.
Hal ini sebenarnya tergantung dari kekuatan ’branding’ dari pihak ’produsen’ kemasan, meskipun produk itu sebenarnya kalau di kalangan orang Indonesia biasa-biasa saja. Kalau barang itu dibuka dari kemasannya sebenarnya sama dengan produk kita yang nilainya hanya sekitar Rp 10.000 per kilogram. Tetapi mengapa di Jepang bisa dibandrol Rp 250-an ribu dan oleh Pengusaha Amerika dibandrol senilai dengan Rp 360-an ribu per kilogram ???
Ini patut untuk kita renungkan, kemudian dicari solusinya, kemudian kita tetapkan langkah untuk memperjuangkan martabat produk-produk kita dinilai tidak hanya dengan kemasannya atau siapa yang mengemasnya, tetapi meskipun kita sendiri yang mengemas nilainya juga tetap tinggi.
Ayo para pejuang Gula Palem Indonesia.. kita serbu pasar luar negeri dengan citra produk kita yang bermartabat, sehingga pantas dihargai tinggi, sama seperti jika yang mengemas itu adalah Pengusaha Jepang dan Pengusaha Amerika.
Sumber : Dian K - www.kebunaren.blogspot.com